Saturday, August 6, 2011

PROGRAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN HINDU "ASHRAM BUDA KOMALASANA"

Desa pakraman di Bali memerlukan penguatan dan dukungan diberbagai bidang kehidupan agar tercapainya target kehidupan masyarakat yang ideal sesuai dengan tujuan utama yaitu menuju masyarakat desa yang mandiri ( dibia desahita ), Penguatan dan dukunga yang dimaksud adalah kegiatan yang integratif antara pembangunan mental spiritual dan revitalisasi bangunan budaya yang sudah ada namun sudah usang serta penggalian kembali budaya yang telah terkubur ratusan tahun. Juga agar dilakukannya perbaikan – perbaikan dan interospeksi diri positif, serta pelestarian kearifan lokal yang menjadi target utama pola kehidupan masyarakat yang semakin meningkat.
Kehidupan masyarakat desa di Bali tidak memerlukan perubahan – perubahan yang berarti apalagi mengarah ke ciri kehidupan modern yang tidak jelas arahnya, dapat dilihat dari begitu besar pengaruh budaya lain yang masuk ke desa yang dapat diterima, namun dengan arifnya kita juga tetap melestarikan budaya lokal dengan sangat sempurna seperti yang akan diprogramkan di Lembaga keagamaan Hindu Ashram Buda Komalasana.
Arah kebijakan lembaga ini menuju penggalian, pelestarian serta revitalisasi budaya yang hampir punah sebagai penguatan identitas budaya nasional, apalagi Bali sudah menjadi komoditas internasional.
Pola kehidupan dan tatacara hidup kami di ashram akan menggunakan pola tata cara kehidupan yang integrasi antara alam, manusia dan ketuhanan yaitu mengambil tempat dilereng sisi selatan Gunung Udaya ( G. Agung ) dimana tempat ini masih terisolasi dari penggaruh modern dan atmosfere yang sangat bersih dan tidak polusi . Tempat ini juga dulunya dipakai tempat bertapa dari para yogi jaman dulu dan aura spiritualnya masih dapat dirasakan sampai sekarang.
Tata cara kehidupan para sisya ashram akan menggunakan cara yang sudah termaktub dalam ajaran weda khususnya Sarascamuscaya, Nitisastra dan Dharmasastra yaitu sebuah komunitas sosial dengan pemerintahan sendiri berikut pengejahwantahanan catur warna yang ideal. Para tutor dan tenaga didik akan berpola kehidupan seorang brahmana yang sujati dan suci. Para sisya yang tidak menjabat akan menjadi anggota ( sinoman ) yang turut dengan aturan yang dikelola oleh para ksatria dan waisya yang gigih mempersiapkan bahan makanan selama di kehidupan ashram.

PENDIRIAN OPENSTAGE "KRISNA LILA"


Perjalanan evolusi dunia ( yuga ) sudah menunjukkan pergantian yang nyata kearah Kali Yuga yaitu suatu masa atau jaman pemusnahan segala macam bentuk material yang kurang berdaya guna khususnya material yang kurang ada nilai ketuhanan.
Semua belum sadar akan kehadirannya bahkan ada yang sengaja menutup mata dan tidak peduli, tidak memperhatikan atau memang tidak tahu akan ada evolusi tersebut. Sesungguhnya kita harus dengan cermat menyambutnya, mengisi masa ini dengan mempelajari dan mempraktekan pengetahuan dalam segala bentuk kehidupan nyata, bahkan sudah mempersiapkan diri untuk bisa terhindar dari reaksi yang ditimbulkannya bahkan mampu mengendalikannya.

Kalau kita menoleh kebelakang, sejarah mengingatkan bahwa begitu banyak sudah para Brahmana datang dan hadir ditengah kehidupan kita di Bali dengan teori ilmu pilsafat dan tata laksana upacara, menyiarkan akan pentingnya isi kitab suci, percetakan lontar dan buku – buku kaweruhan dan tutur spiritual, yang bertujuan untuk mempertanggungjawabkan dan memelihara kelangsungan hidup dunia dan segala isinya sebagai wujud bhakti kepada Tuhan. Tidak banyak generasi yang mampu melanjutkan misi para nabe tersebut malahan dijaman sekarang sangat jarang yang mampu untuk membacanya.
Kami hadir dengan dalam wujud persembahan sastra, seni dan budaya yaitu dengan mempertunjukan budaya melalui garapan seni teater klasik dan modern.
Misi lain inilah yang menggugah kami untuk ikut bhakti ngayah kehadapan Tuhan khususnya Ida Bethara Taksu Semara Ratih , yang bertujuan untuk kelangsungan hidup seniman dan sastrawan generasi penerus ( alit – alit pasraman ) dan melestarikan serta merevitalisasi kesenian yang hampir punah.
Pelaksanaan program kami ini juga karena menjadi bagian dari program pemerintah Provinsi Bali dalam rangka mewujudkan Bali yang Jagaditha., Adanya kondisi alam Bali dengan sumber daya alam yang begitu sempit dan terbatas sehingga menjadikan inspirasi dalam pemikiran kami untuk menemukan jenis program yang efektif yaitu pendidikan dan latihan dasar seni sastra dan budaya yang selaras dengan pelaksanaan program desa pakraman tanpa mengorbankan idealisme pendidikan nasional Indonesia.
Kamipun sadar bahwa kami membangun open stage ini dengan mengawali kegiatan kecil dibandingkan dengan pembangunan kebudayaan yang telah terbangun lainnya, namun kami mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan perjuangan kecil inilah akan menghasilkan hal yang baik tatkala semua pihak turut membantu perkembangan pasraman yang ada di wilayah ini.
Kami bermaksud mewujudkan kegiatan ini bernafaskan spiritualitas, karena kami sadar dan selalu memohon agar Tuhan berkenan membuka pintu rahasia menuju jati diri kekuatan pokok sejati jaman kali ini adalah taksu.

Yayasan Budaya Ratna Dharma Raksatah ini telah mengayomi Pasraman Desa Tohpati dan pasraman lainnya dikemudian hari, dengan membantu dan membina dengan menghadirkan para Penglingsir Seni ( Seniman Tua ) sebagai penanggungjawab atas kelangsungan hidup pasraman. Dengan mengajak Sanggar Tua ( Sekeha Topeng ) yang sudah berpengalaman mendidik dan mengajar melakukan olah tari dan tabuh, gending – gending bali serta melakukan gerak drama teatrikal klasik. Juga akan mencari pembina dari luar desa yang lebih berpengalaman lain agar terwujud pola pendidikan dan latihan yang menuju kesempurnaan.

Kami bertekad hendak subhakti dengan wujud ngayah ngelawang dengan idealisme pokok, agar kami terhindar dari pengaruh sistem penjualan seni dengan gaya baru, khususnya pada saat adanya ritual upacara dilingkungan desa di wilayah ini.
Demikianlah yang melatar belakangi pembangunan open stage Krishna Lila di Pasraman Desa Tohpati sebagai dasar penggalian, pelestarian dan merevitalisasi kesenian yang hampir punah.
Kehadiran kami dievolusi ini semoga mendapat perhatian dan pertimbangan guna menyongsong masa depan kita yang lebih baik.

Thursday, December 30, 2010

MAKNA TAHUN BARU . . . TAHUN BANGKITNYA MARTABAT LEWAT SIWARATRI



Manusia yang terkadang berubah-ubah dalam merespon pergantian tahun. Ada yang penuh sujud syukur ketika memasuki detik-detik pergantian tahun, ada yang penuh dengan sorak sorai & pesta, ada pula yang terlelap dalam buaian kenikmatan semu mumpung malam tahun baru. Di pihak lain, begitu banyak orang yang duduk dalam keheningan untuk melihat dengan jernih seraya mengharap bimbingan Yang Maha Kuasa dalam memasuki tahun depan.

Kami dari Pasraman Desa Tohpati mengisi pergantian tahun dengan penuh keceriaan berlatih seni di balai desa, untuk kegiatan mengisi Hari Raya Siwaratri dengan Sendra tari Lubdaka.
SINOPSIS CERITA LUBDAKA
Alkisah seorang Pemburu yang hebat dan Propesional, bernama Si lubdaka. Pada hari Purwaning tilem Kepitu ia pergi berburu ke hutan belantara, setelah sebelumnya pamitan pada kedua anak dan istrinya, Lubdaka menelusuri hutan hingga larut malam, Tapi kali ini ia malang tak menemukan seekor binatang pun . Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu binatang yang biasa minum air di tepi danau iapun naik ke pohon Bila untuk mengintai kalau-kalau ada Harimau, Singa, Gajah, Beruang Badak atau Babi hutan yang datang untuk mencari air, Namun hingga larut malam tidak satupun binatang yang turun minum, kini hatinya semakin cemas bercampur risau. Malam semakin , mendung tebal menyelimuti langit, petir dan gemuruh menggelegar menyambar kiri kanan, hujan deraspun turun menyiram bumi. Si Lubdaka tetap berada diatas pohon kayu bila menggigil kedinginan, ia tak berani tidur walau rasa kantuk sangat mengganggunya. Dia kawatir : kalau ketiduran, pastilah akan terjatuh kedanu. Nah untuk menjaga diri agar jangan tidur maka ia memetik daun bila itu satu persatu dan dijatuhkan ke air danau. Daun bila yang jatuh itu hanyut terbawa riak air danau hingga senantiasa menyentuh Lingga Yoni yang ada di tengah danau. Di pertengahaan malam, Si Lubdaka mulai terserang penyakit. Kepalanya sakit tak tertahan, dan badannya panas membara kekuatan fisiknya pun menurun, tenaganya melemah, pandangan matanya kabur. Keesokan harinya, iapun kembali pulang dengan tangan hampa. Setibanya di rumah Lubdaka disambut oleh anak istrinya dengan rasa sedih dan haru. Si Lubdaka di papah masuk kamar tidurnya lalu dibaringkan. Ia gelisah tak bisa tidur, mengigau, sakitnya semakin parah, kerongkongannya terasa kering, dadanya sesak, lama kelamaan iapun mengembuskan nafasnya yang terakhir. Roh Si Lubdaka ,melesat menuju alam baka. Di alam sana roh Lubdaka disambut oleh Jogor Manik dan Yama Bala, ia disiksa habis habisan. Karena dianggap berdosa besar, sebab dimasa hidupnya menjadi pembunuh binatang tak berdosa. Lubdaka menjerit kesakitan minta tolong pada anak istrinya tuk diselamatkan. Hal ini diketahui oleh Dewa Siwa. Hyang Siwa murka kepada Batara Yama,. Segera Dewa Siwa mengirim Laskarnya menuju Yama ni loka. Roh si Lubdaka di rampas oleh bala siwa, Batara Yama tersinggung berat. Laskar batara Siwa diserang oleh Yama Bala. Terjadilah perang antara Yama Bala melawan Laskar Batara Siwa. Alam niskala jadi kacau balau. Batara Siwa segera turun tangan. Batara Yama protes keras kepada Batara Siwa : “ Kenapa roh Si Lubdaka yang penuh dosa dan belum selesai menjalani hukuman sudah dibebaskan.” Batara Yama ngak terima perlakuan yang tak adil itu.Betara Siwa mwenjelaskan duduk persoalannya, bahwa Si Lubdaka telah terhapus dosanya oleh tekunnya melaksanakan brta Siwa Ratri, Akhirnya Batara Yama dapat mengerti dan memahami masalahnya. Lalu peperangan di hentikan, Batara Siwa mengambil roh Lubdaka, seraya disucikan dan diberikan tempat yang layak, sesuai suba karmanya.

ARTI TAHUN BARU BAGI KAMI ANAK - ANAK PASRAMAN
Bukan Tahun Barunya yang penting, tetapi bagaimana setiap anak - anak kami mulai menata ulang sikap mentalnya untuk memasuki tahun baru.

Arti Tahun Baru untuk kami berarti memiliki cara pandang yang baru dan suci dalam upaya dan usaha memperoleh sesuatu yang baru khususnya dalam bidang pengembangan dan revitalisasi budaya yang hampir punah, Tahun Baru juga berarti mengasah kompetensi diri dengan metode yang baru untuk meraih motif hidup yang lebih berarti.

Tahun Baru bermakna menemukan jati diri yang sesungguhnya tentang makna kehidupan dan arti hidup sehingga HIDUP ini dapat memberi mamfaat bagi orang lainnya "Agawe Sukaning Wang Len".

Sunday, December 19, 2010

PASRAMAN ADALAH MINIATUR SEKOLAH HINDU IDEAL


Sekolah Hindu harus dirumuskan secara matang. Dengan demikian, ciri-cirinya yang lebih nyata dengan mudah diaktualisasikan dalam praktik. Nuansa Hindu tersebut jangan hanya menekankan pada simbol-simbol budaya Hindu di luarnya saja. Hal itu akan menjadikan nuansa Hindunya sebatas tema tanpa makna.

Nuansa Hindunya hendaknya lebih menekankan pada aspek spiritual dalam mengendalikan dinamika intelektual dan emosionalnya peserta didik. Kadar spiritual Hindu itulah yang akan menjadi ciri utama sekolah bernuansa Hindu. Nuansa Hindu tersebut akan mampu bereksistensi secara baik dan terus-menerus apabila ada kerja sama yang serius di antara tiga pusat pendidikan. Sekolah, masyarakat dan keluarga sebagai tiga pusat pendidikan itu harus membagi habis secara seimbang kewajiban pendidikan yang bernuansa Hindu tersebut.

Itulah yang mendasari dari pasraman ini sebagai miniatur sekolah hindu yang ideal dalam skala kecil.

Thursday, December 16, 2010

POHON SENI BALI DALAM PASRAMAN



Seni adalah kembang bunga yang tumbuh bersama batang budaya bali, akar mencengkeram dengan kuatnya ditanah ibu pertiwi Bali dengan penuh Pancadatu.
Kesenian pada masyarakat Bali merupakan satu unsur utama yang tampak amat dihidupkan oleh warga masyarakatnya, sehingga tampak seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat Bali, atas dasar fungsi seni didalam kehidupan masyarakat Bali yang demikian, kesenian merupakan satu fokus kebudayaan Bali yang harus dilestarikan.
Bali sangat kaya dalam bidang kesenian, seluruh cabang kesenian tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Bali yang meliputi seni rupa, seni pertunjukan dan seni sastra dan seni lainnya.

Wednesday, December 15, 2010

YOGA ADALAH DASAR GERAK TARI


Gerak tari yang menitik beratkan pada gerakan badan dan untaian tangan, dalam hal ini seni tari bukanlah yoga melainkan mudra (gesture, bahasa isyarat). Seyogyanya guru tari mempelajari mudra yang sesungguhnya, sebab ketika dikatakan seorang penari memiliki taksu sesungguhnyalah dia menjalankan laku mudra dengan benar. Mudra yang dilaksanakan dengan benar yang menyebabkan sebuah tarian menjadi hidup (disadari atau tidak oleh penarinya).
Tetapi ketika tari dimaknai dengan resapan rasa yang mengendalikan raga penari, bisa dikatakan tari tersebut adalah berdasarkan olah yoga karena adanya sebuah rasa yang menggerakan raga seorang penari.Bahkan Yoga sendiri merupakan dasar dasar gerak tari yang sesungguhnya.
Ada berbagai tarian liturgy (pemujaan) yang bisa juga dikategorikan sebagai yoga, misalnya saja tari Sangyang atau tarian Sufie, akan tetapi di dalam seni tari seperti hal ini tujuan pokoknya adalah bersifat meditative. Mereka menjadi transenden dalam laku tari mereka.

PASRAMAN DESA LANGKAH AWAL MENUJU SEKOLAH HINDU FORMAL


SUDAH sepantasnya umat Hindu, terlebih di Bali memiliki lembaga pendidikan formal, dari tingkat dasar yang bernuansa Hindu. Untuk mendukung keberadaan sekolah tinggi Hindu yang ada, sekaligus memperkuat keimanan umat dan eksistensi Hindu di Indonesia. Tetapi dalam pengadaan sekolah formal bernuansa Hindu ini, jangan membebani orang lain, meski pun itu menggunakan istilah pemerintah dengan sekolah negerinya. Biarlah untuk penyelenggaraan sekolah bernuansa agama, dilakukan oleh umat sendiri secara mandiri.Seperti yang kami awali dengan pendirian Pasraman Desa Tohpati.

Upaya-upaya pemberdayaan dan perjuangan pendirian sekolah formal yang bernuansa hindu ini kami dahului dengan melakukan penggalian, pengembangan dan pelestarian serta revitalisasi kebudayaan Bali sebagai kulit luar agama hindu yang berorientasi pada penggabungan unsur kesenian dan spiritual.

Ide pembangunan sekolah ini dimulai dengan beberapa kali melakukan diskusi dan pementasan adegan - adegan teater yang bernuansa spiritual sehingga kami menemukan dasar - dasar pasraman dengan motif “Menggali Kemampuan Sang Diri melalui berkesenian yang ditopang oleh Yoga dan Meditasi”